Suatu hari ditengah istirahat selepas bekerja Sampuraga berbincang dengan orang yang mengupahnya. Sang majikan meminta Sampuraga untuk merantau ke Mandailing, singkat cerita Sampuraga merasa tertarik dan meminta restu sang Ibu. Apasih kebahagiaan orang tua selain melihat anaknya bahagia? Alhasil dengan restu sang Ibu berangkatlah Sampuraga ke Mandailing.
Benar saja di Mandailing Sampuraga melihat kota yang berbeda, akhirnya dia pun bekerja kepada seorang juragan. Berkat kejujuran Sampuraga maka sang juragan berniat untuk menjodohkan Sampuraga dengan sang putri. Dalam bayangan Sampuraga ini adalah kesempatan untuk mengubah nasibnya, namun Sampuraga lupa pada niat mulianya untuk membahagiakan sang Ibu.
Kabar pernikahan anak juragan dan Sampuraga akhirnya sampai ketelinga sang Ibu, dengan bahagia sang Ibu berusaha berangkat ke Mandailing untuk menemui Sampuraga. Bisa ditebak kisahnya sama seperti anak durhaka lainnya, Sampuraga merasa malu melihat perempuan tua memanggilnya “Anak” dan akhirnya kutukan itu datang seketika semua habis disapu petir dan badai. Keesokan harinya tepat di lokasi pelaminan terdapat kolam air panas, sangat panas sehingga air bergejolak sampai satu meter.
Sejak saat itu orang-orang berkisah bahwa kolam air panas itu adalah wujud Sampuraga yang dikutuk. Cerita ini aku dengar dari mamak sepanjang perjalanan, saat itu aku masih ingat banget di sana ada pondok-pondok untuk pengunjung, di depan pintu masuk ada banyak pedagang menawarkan pisang dan telur mentah.
Kata mamak nanti pisang dan telur itu diwadahi ke dalam keranjang kawat, lalu kita bawa ke kolam Sampuraga dalam hitungan menit maka telur akan matang dan bisa dimakan hehe.
Kamipun mencobanya dan benar saja di pondok kami menikmati telur rebus dan pisang rebus, wow ini menunjukkan bahawa kolam Sampuraga memang benar panas banget seperti ada kompornya.
Uniknya lagi ada kata-kata yang diteriakkan setiap pengunjung dan membuat kolam Sampuraga menggelegak, aku dan adik-adikku mencoba meneriakkannya “heiiii Sampuraga, anak naila marinang” artinya “Hei Sampuraga anak yang malu mengakui Ibunya” seketika air di kolam akan menggelgak naik menyembur seolah Sampuraga mendengar dan menyesali apa yang sudah dilakukannya.
Itu adalah pertama dan terakhir kalinya aku datang ke Kolam Sampuraga, rasa rindu membawa aku mencari tahu apakah tempat wisata itu masih eksis? Dari beberapa teman didapat info kalau Kolam Sampuraga sudah tak terawat, dari beberapa photo di internet kawasan Sampuraga sudah tak layak disebut sebagai tujuan wisata.
Dan hari ini karena mendapat tantangan menulis keunikan di kotaku maka terbersit ingin menuliskan kisah Sampuraga, lalu aku melakukan penelusuran dan betapa bahagia bahwa kini kawasan Wisata Sampuraga Mandailing Natal sudah di renovasi dan menjadi bagus banget. Bahkan kegiatan merebus telur sudah ada lagi, ah kali ini aku ingin kembali ke sana menemui Sampuraga di era sosial media.
Jadi kalau teman-teman punya kesempatan berkunjung ke Mandailing Natal khususnya kota Panyabungan maka mampirlah ke Kolam Sampuraga, dan jangan lupa untuk menyantap kuliner khas Panyabungan yang bernama “Toge”
Toge adalah jenis minuman manis, mirip dengan es campur namun isinya lebih berat, karenanya dijamin membuat kenyang. Toger terdiri dari lupis, candil, tape ketan, tape ubi dan kuah santan gula merah. Perpaduan semua bahan membuat cita rasanya khas dan susah untuk dilupakan
Nah supaya kalian punya gambaran gimana serunya berkunjung ke Kolam Sampuraga maka aku lampirkan video dari youtube Seputar Mandailing Natal, nanti kalau kalian mau ke sana ajak aku ya hehe.