Review Drakor “Karma” di Netflix: Ketika Balasan Tak Selalu Datang dari yang Tersakiti
Pernah nggak sih, kita mikir, kalau berbuat salah ke orang A, maka balasan akan datang dari orang A juga? Karma, drama Korea terbaru di Netflix, menampar pemikiran itu dengan cara yang tajam dan tak terduga. Karena di dunia nyata, dan di drakor ini, karma bisa datang dari mana saja. Bahkan dari mereka yang tak ada sangkut pautnya dengan dosa kita sebelumnya.

Drakor ini tayang di Netflix sekaligus menampilkan seluruh 6 episode, Karma langsung tancap gas sejak menit pertama. Adegan pembuka memperlihatkan gedung terbakar hebat, pemadam kebakaran panik berjibaku, lalu tiba-tiba—bam!—mereka menemukan sosok pria penuh luka bakar. Dari sini, drama bergenre thriller ini menelusuri benang kusut penuh misteri, dengan narasi maju mundur yang bikin penonton mesti fokus penuh.
Jalan Cerita Cepat, Tapi Tetap Rapi
Salah satu hal yang bikin Karma standout adalah ritme ceritanya yang cepat. Tapi jangan khawatir, meski cepat, alurnya tetap dibangun perlahan dan penuh ketegangan. Setiap episodenya—sekitar satu jam—selalu berakhir dengan cliffhanger yang bikin susah move on. Kalau bisa, tontonlah secara maraton. Karena menonton terputus-putus justru bikin kehilangan momen intens dari alur yang terus berkembang dan penuh kejutan. Bahkan aku menonton sudah larut malam dan kantuk tak jua hadir saking serunya next episode ke klik begitu saja haha.
Parade Plot Twist yang Melelahkan
Bayangkan kamu naik roller coaster yang tak pernah berhenti, begitulah rasanya menonton Karma. Dalam enam episode singkat, kamu akan dilempar dari satu twist ke twist lainnya. Mulai dari cerita seorang pria yang nekat membunuh ayahnya demi uang asuransi, hingga kemunculan karakter-karakter misterius yang punya agenda masing-masing. Tapi ternyata, rencananya tak berjalan mulus. Jenazah sang ayah menghilang, dan teka-teki kematiannya jadi pusat dari kekacauan besar yang terjadi setelahnya.
Karakter Abu-Abu dan Keputusan Berdarah
Yang bikin Karma makin menarik adalah karakter-karakternya yang jauh dari kata ‘putih’. Mayoritas adalah orang-orang yang memilih jalan hitam—dengan kesadaran penuh. Ada yang karena tamak, ada yang karena takut, ada pula yang karena dendam. Tak satu pun dari mereka benar-benar “baik”, tapi itulah yang membuat kita ingin tahu ending nasib mereke, apakah mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal?
Sebagai penonton, kita seperti diundang untuk jadi hakim diam-diam. Tapi kemudian sadar, hidup tak sesederhana hitam dan putih. Karma memperlihatkan bahwa keputusan yang salah bisa berakar dari luka yang dalam, dan tak semua kejahatan muncul dari niat jahat murni.
Akting Jempolan dan Visual yang Mendukung
Lee Kwang Soo, yang biasanya tampil kocak, di sini muncul penuh kegilaan. Karakternya, Han Sang Hoon, sukses mencuri perhatian dengan intensitas akting yang mencengangkan. Kim Sung Kyun pun tampil mengejutkan, nyaris bikin pangling. Kehadiran aktor papan atas lain seperti Park Hae Soo, Shin Min Ah, hingga Kim Nam Gil menambah kesan serius dari drakor ini.
Secara visual, warna gelap yang mendominasi tiap adegan malam terasa nyaman di mata, tak seperti drakor thriller lain yang kadang terlalu gelap. Tapi, warning sedikit ya, ada adegan berdarah dan cukup gore. Jadi jangan nonton sambil makan siang, kecuali kamu kuat mental dan perut.
Karma Datang Bukan Selalu dari yang Tersakiti
Sebagai seorang ibu, aku jadi merenung. Kadang kita merasa aman setelah menyakiti seseorang, hanya karena dia diam atau pergi. Tapi Karma menunjukkan bahwa hidup tak semudah itu. Balasan bisa datang dari tempat yang tidak kita sangka. Dari peristiwa yang kelihatannya tidak berkaitan, dari orang yang bahkan tidak tahu kita pernah jahat.
Dan itulah inti dari karma : ia bukan soal siapa yang kita sakiti, tapi soal energi yang kita sebarkan ke dunia. Cepat atau lambat, ia akan kembali. Entah lewat siapa, entah dalam bentuk apa.
So, kalau kamu sedang cari drakor yang singkat tapi menguras emosi, penuh kejutan, dan bikin mikir soal moral hidup, Karma wajib masuk daftar tontonanmu. Tapi jangan berharap ketenangan atau kenyamanan. Karena seperti kehidupan nyata, Karma tidak menawarkan pelipur lara. Ia menawarkan refleksi dan konsekuensi.